Sisi Lain Wae Reno yang Menakutkan

Jan 22 2022

Mendengar nama Wae Reno pasti yang muncul dalam benak adalah pusat penambangan pasir yang berlokasi di perbatasan antara Kabupaten Manggarai Timur dan Manggarai. Setiap pengguna jalan yang melintasi jalur trans Flores dari dan menuju Ruteng bagian timur pasti tidak akan luput dari pemandangan perbukitan yang menganga seperti terkena meteor ini.

Ternyata tak jauh dari lokasi penambangan pasir ini, terdapat jalan tani beraspal dengan jarak sekitar 200 meter dari jalur trans Flores sebagai akses menuju ke lahan pesawahan masyarakat Robo dan sekitarnya. Melalui jalan inilah kami menemukan surga tersembunyi di pinggir kota  Ruteng.

Lahan perkebenuan milik warga yang berukuran ribuan hektar ini menyimpan sejuta pesona yang sangat memanjakan mata. Dalam rangkulan hangat pegunungan Mandosawu, berkelimpahan air dari gunung, tanah bekas letusan gunung berapi Ranaka yang subur, dan harmonisasi alam dan budaya yang begitu kental terasa ketika lahan perkebunan ini menjadi sarana bagi warga untuk saling jumpa dan bertukar cerita di sela-sela kesibukan bekerja menggarap sawah. Cerita-cerita saat kudapan sambil menanti alam memberikan berjuta bulir padi yang hampir sebulan lagi dipanen.

Di sini, saya tapaki jalan-jalan kecil berlumpur. Jalan ini acap kali dilalui warga ketika hendak ke sawah. Meski tak jarang kaki terjebak ke dalam lumpur, namun, itu bukan menjadi penghalang untuk terus berjalan dan menikmati karya Tuhan yang masih terawat baik oleh orang-orang yang saya jumpai ini.

Melihat mama-mama sibuk menebas rumput di pematang sawah dengan wajah dibaluti beragam ramuan herbal seakan memberi pesan bahwa mereka sedang berkomunikasi dengan alam tempat mereka menuai hasil untuk menyokong hidup. Meski dihantam panasnya sinar matahari, mereka tetap tersenyum ketika Alvin, sesekali menyela dengan candaan sekadar untuk menjalin komunikasi.

Setelah hampir setengah jam perjalanan, saya melihat beberapa petani sedang asyik menikmati kebersamaan di pinggir kolam. Ia, ada satu petak sawah yang disulap menjadi kolam ikan. Istimewa sekali rasanya menikmati suguhan makanan khas dengan menu kelas mewah dengan paket komplit, ada kopi pahit dan ubi singkong rebus yang disuguhkan lengkap dengan suguhan pemandangan sawah yang asri dan elok permai.

 

Tentu saja ini menjadi awal dari banyak temu yang nanti akan kami lalui di kemudian hari. Belum setengah jam perjalanan, tempat ini sudah menggoda dengan begitu banyak atraksi. Cukup untuk memberi penilaian bahwa tempat ini layak untuk dijadikan pilihan untuk aktivitas wisata di Ruteng atau Flores pada umumnya.

“Hae! Bukannya pariwisata harus mewah? Apanya yang menarik di sini? Kami butuh jalan Bapak! Kami butuh jembatan. kami ingin itu semua untuk kemudahan saat kami mengangkut padi”. Semua pertanyaan dan permintaan itu selalu saja saya dengar ketika berjumpa dengan para petani.

Saya hanya tersenyum sambil berusaha meyakinkan mereka bahwa tempat ini nantinya akan menjadi pilihan wisata favorit lainnya di kota Ruteng.

“kami pastikan bahwa setiap tamu yang datang akan membawa konsep pariwisata di mana setiap tamu membelanjakan uangnya di sini bukan membawa makanan dari luar. Di sini wisatawan menikmati ubi, jagung, nasi, sayur, ikan, dan aneka hidangan yang disiapkan para petani dan itu adalah konsep sesungguhnya dari pariwisata berkelanjutan”, jelas Ino, salah seorang pemandu wisata dengan begitu semangat kepada Bapak-Bapak itu sambil menyeruput kopi.

Setelah hal itu disampaikan, anggukan dan juga beragam reaksi positif pun muncul dan itu tak saja datang dari para petani tapi juga saya dan beberapa teman pemandu wisata lainnya.

Dalam hati, saya berkata; “saya bukan siapa-siapa untuk bisa memenuhi permintaan para petani itu, semoga melalui pintu pariwisata, mereka akan semakin diberikan banyak pilihan untuk memenuhi kebutuhan hidup”.

 

Aktivitas “trekking” memang menjadi pilihan dewasa ini dan hal itu terkonfirmasi melalui survei yang dilakukan Tripadvisor di Eropa yang menyatakan 50% pengunjung akan berminat melakukan kegiatan “adventure” dengan salah satu jenis aktivitas “trekking” di mana wisatawan akan menghabiskan waktu berjalan kaki di jalur-jalur yang disediakan.

Sudah, cukup, tempat ini sudah lebih dari siap untuk menyambut peluang pasar pariwisata dan jauh sebelum covid melanda, tempat ini ternyata menjadi salah satu spot “trekking” dari agen perjalanan wisata terkemuka di Flores.

Satu jam berlalu, awan gelap mulai memadati langit di sekitar Londang, sebuah kampung di bawah kaki bukit yang dikelilingi hamparan sawah berundak. Hujan mulai membasahi jalur yang baru saja saya lewati. Tak jauh mata memandang, saya melihat beberapa orang sibuk mengetam padi dan yang lainnya merontok gabah supaya terpisah dari tangkai atau jeraminya. Mereka terlihat tergesah-gesah, mereka khawatir hujan akan membasahi semuanya. Beruntung, beberapa detik sebelum hujan benar-benar turun, mereka sudah berteduh di pondok, tempat berteduh dan menikmati santapan siang. Di pondok inilah saya bisa mendengarkan banyak cerita dan menikmati makan siang bersama.

Nasi putih, sayur singkong, dan ikan kering yang dibaluti tomat menjadi hidangan istmewa. Sungguh sebuah pengalaman yang sangat berharga dan sulit terlupakan. Bagaimana tidak, di tengah kondisi lapar, ada saja orang-orang baik yang mau menyediakan tempatnya untuk berteduh dan tak cukup sampai di situ, mereka dengan senang hati berbagi kasih melalui makanan dan minuman.

Dari mereka inilah, ada banyak hal yang saya dapatkan tentang bagaimana hidup harus disyukuri. Tentang kesederhanaan, tentang saling berbagi dan bertahan hidup. Mereka yang kita sebut sebagai petani ini sejak zaman dulu hingga sekarang, meski di masa sulit, mereka tetap bertahan. Sadar atau tidak, mereka adalah orang-orang yang menjadi alasan kita tetap hidup hingga sekarang ini.

Perjumpaan pertama ini cukup memberi kesan baik. Perjumpaan-perjumpaan berikutnya saya yakin akan jauh lebih akrab. Terima kasih sudah banyak menghiasi perjalanan ini dengan begitu banyak cerita yang dibawa pulang. Perjalanan yang mestinya menghabiskan waktu 2 jam saja, saya tempuh hampir 5 jam lamanya oleh karena banyaknya suguhan dan atraksi kelas premium. Sampai jumpa dan pasti kita akan bertemu secepatnya dan saya tidak akan datang sendirian.

Trip ini terselenggara atas kerjasama dengan Himpunan Pramuwisata  Indonesia Cabang Manggarai (DPC HPI Manggarai)

Yulianus Irwan

    Pre Sales Request

    Fill free to contact us for any additional informations

    Flores Overland Tour

    This 4d3n tour in Flores includes sunrise wåatching to Kelimutu cratered lakes, experience unique local culture through traditional villages.

    From

    710

    SALE

      Pre Sales Request

      Fill free to contact us for any additional informations

      Get Lost in Flores

      This tour is for those who want to discover nature and culture of Flores including hiking, hopping island, village tour. and so much more.

      From

      - -

        Pre Sales Request

        Fill free to contact us for any additional informations

        Flores and Komodo Tour

        This private tour will take you to explore Flores Island that is full of diversity on culture and nature and wonderland Komodo National Park.

        From

        -

        Best Travel Theme

        Elementor Demos

        With Love Travel WordPress Theme you will have everything you need to create a memorable online presence. Start create your dream travel site today.